Sabtu, 1 Oktober 2011, Mat 18:1-5
Realita: Murid-murid Yesus
memperdebatkan: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?”. Mereka tidak
luput dari mencari hormat dan kedudukan sebagaimana lazim dalam masyarakat Yahudi.
Teks Kitab Suci: 1
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah
yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” 2 Maka Yesus memanggil seorang
anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka 3 lalu
berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan
menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 4
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. 5 Dan barangsiapa
menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
Refleksi Biblis: Yesus berkata: “Sesungguhnya
jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk
ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga…”. Bertobat
berarti banting stir, mengubah arah, berbalik dari jalan salah untuk menempuh
jalan benar. Menjadi seperti anak kecil berarti merendahkan diri dan tergantung
penuh kepada Allah. Kata Yunani untuk anak, paidion, punya dua arti,
yakni “anak” dan “budak”. Jadi sebagaimana seorang budak tidak punya dasar
apapun untuk berpretensi akan kedudukan dan kehormatan, demikian halnya
murid-murid Yesus. Karena itu pertobatan dan menjadi seperti anak kecil itu
perlu agar orang dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga dan menjadi yang terbesar.
Maka “menyambut seorang anak seperti itu dalam nama-Ku” berarti mau merendahan
diri dan menjadi murid Yesus. Menyambut anak, yang dalam masyarakat Yahudi
tidak memiliki peran dan tidak diperhitungkan, berarti menyambut Yesus. Sebab
Yesus mengidentikkan diri dengan seorang anak dan menyatakan sikap Allah, yang
mengaruniakan kerajaan-Nya kepada orang-orang yang tidak diperhitungkan dan
tertindas. Yesus menghendaki agar para murid-Nya menjadi seperti anak-anak,
sebab sebagai utusan untuk memberitakan Injil, mereka sepenuhnya tergantung
dari kebaikan orang yang mau menerimanya.
Rekonsiliasi: Tidak jarang kita sombong
karena prestasi dan kedudukan, padahal kerendahan hati menjamin seseorang dapat
masuk Kerajaan Allah. Mengapa? Apa mau kita sekarang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar