Kamis, 06 Oktober 2011

Menjadi Sesama

Senin, 03 Oktober 2011, Luk 10:25-37

Realita: Orang-orang Yahudi mendaras shema setiap pagi dan sore. Shema adalah pengakuan iman yang dimulai dengan perintah kasih kepada Allah.

            Teks Kitab Suci: 25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” 26 Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” 27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akan budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 28 Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”  29 Tetapi untuk membenarkan dirinya  orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” 30 Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari pada ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” 37 Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Refleksi Biblis: Seorang ahli Taurat bertanya: Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal? Yesus mengajak orang itu merefleksikan perintah kasih kepada Allah dan sesama yang setiap hari ia baca. Alhasil ia tahu bahwa hidup kekal itu dapat diperoleh dengan berbuat kasih. Yesus membenarkan dan memintanya “perbuatlah demikian”. Artinya untuk memperoleh hidup kekal tidak cukup hanya tahu, tetapi harus melaksanakan perbuatan kasih. Namun nampaknya ahli Taurat itu hanya senang membicarakannya untuk mencobai Yesus dan membenarkan diri. Karena itu ia mempertanyakan siapa sesamanya? Kasih kepada sesama dalam Im 19:18 memang hanya mencakup orang-orang sebangsanya saja. Maka, Yesus membuat perumpamaan. Tokoh utamanya adalah orang yang dirampok habis-habisan dan ditinggalkan tergeletak pingsan, sehingga tampak bagaikan mayat. Karena itu disingkiri oleh seorang Imam dan Lewi, yang pulang dari melaksanakan tugas kudus di Bait Allah. Mereka menghindari kontak dengan mayat yang bisa menajiskan (Bil 19:11-16). Imam dan Lewi adalah orang-orang beragama yang saleh dan tahu tentang kasih, tetapi tidak berbuat kasih. Sedangkan orang Samaria itu tergerak hatinya dan berbelaskasih. Pada hal bagi orang Yahudi orang Samaria itu dianggap tak tahu Alkitab, tak kenal Allah, dan tak beres dalam beragama. Meski demikian siapapun akan mengakui dan kagum akan perbuatan kasihnya itu. Ahli Taurat itupun sadar bahwa sesama dari orang yang disamun itu adalah orang yang telah berbelaskasihan terhadapnya. Ia tidak lagi melihat bahwa orang itu orang Samaria yang harus dimusuhinya, orang yang tidak seras dan selevel dengannya, tetapi melihatnya sesuai dengan kenyataan dan sikap hidupnya. Ia sadar bahwa perintah kasih terhadap sesama bukan sekedar teori, tetapi harus dipraktekkan. Yesus pun berkata: “Pergilah dan perbuatlah demikian!” Artinya, tinggalkan diskusi teoritis tentang belaskasih, tetapi berlatihlah berbuat belaskasih, dan dengan sendirinya akan tahu siapa sesamamu.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita pintar berteori bagaimana berbuat kasih terhadap sesama. Pada hal kita tak mau melakukannya. Mengapa? Apa mau kita sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar