Rabu, 28 September 2011, Luk 9:57-62
Realita: “Aku melupakan apa
yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan
berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi
dari Allah dalam Kristus Yesus” (Flp 3:13-14).
Teks Kitab Suci: 57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan
perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan
mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” 58 Yesus berkata
kepada-Nya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” 59 Lalu
Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah
aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” 60 Tetapi Yesus berkata
kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah
dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” 61 Dan seorang lain
lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan
dahulu dengan keluargaku.” 62 Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang
yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan
Allah.”
Refleksi Biblis: Serigala
suka mengembara dan burung punya sarang, tetapi hidup mereka juga tidak aman.
Maka dengan ungkapan “serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang,
tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”, Yesus
mau menegaskan eksistensi diri-Nya sebagai pengembara yang tidak aman dan
sering ditolak. Karena itu para pengikut-Nya pun harus siap menempuh jalan yang
tidak aman, ditolak dan tidak memiliki tempat tinggal tetap di dunia ini.
Kepada orang yang mau mengikuti-Nya dan meminta izin lebih dahulu menguburkan
bapanya, Yesus berkata: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”. Kerajaan
Allah memberi kehidupan sejati, sebab berkatnya orang ambil bagian dalam Allah.
Bagi yang mau mengikuti Yesus, semua urusan dunia, termasuk kewajiban
menguburkan bapanya, tidak boleh mengikatnya. Orang wajib menguburkan bapanya,
tetapi pada waktu terjadi konflik antar keduanya, kepentingan Kerajaan Allah
harus dimenangkan. Jadi, dibanding dengan nabi Elia, Yesus jauh lebih radikal.
Sebab nabi Elia mengizinkan Elisa pamit dengan orang tuanya yang masih hidup,
sedangkan orang yang dipanggil Yesus itu mau menghormati orang mati. Pamitan
dengan keluarga pun tidak diizinkan, sebab “setiap orang yang siap membajak
tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”. Mengikuti Yesus
tidak hanya harus meninggalkan ikatan keluarga, tetapi bahkan memutus hubungan
dengan masa lampau. “Menoleh ke belakang” artinya mempertahankan mati-matian
warisan nilai dan pengalaman masa lampau. Sama seperti pembajak yang tidak
boleh menoleh ke belakang karena harus memperhatikan lurusnya alur bajak yang
ditarik lembu, pengikut Yesus pun tidak boleh merepotkan yang sudah
ditinggalkan demi Kerajaan Allah, tetapi mengambil alih cara Yesus menilai
dunia ini.
Rekonsiliasi: Tidak jarang
kita lebih mementingkan kewajiban dan keinginan sendiri, padahal kepentingan
Kerajaan Allah harus selalu diutamakan. Mengapa? Apa mau kita sekarang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar