Kamis, 06 Oktober 2011

Pengikut Yesus

Rabu, 28 September 2011, Luk 9:57-62

Realita: “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Flp 3:13-14).

Teks Kitab Suci: 57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” 58 Yesus berkata kepada-Nya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” 59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” 60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” 61 Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” 62 Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Refleksi Biblis: Serigala suka mengembara dan burung punya sarang, tetapi hidup mereka juga tidak aman. Maka dengan ungkapan “serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya”, Yesus mau menegaskan eksistensi diri-Nya sebagai pengembara yang tidak aman dan sering ditolak. Karena itu para pengikut-Nya pun harus siap menempuh jalan yang tidak aman, ditolak dan tidak memiliki tempat tinggal tetap di dunia ini. Kepada orang yang mau mengikuti-Nya dan meminta izin lebih dahulu menguburkan bapanya, Yesus berkata: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”. Kerajaan Allah memberi kehidupan sejati, sebab berkatnya orang ambil bagian dalam Allah. Bagi yang mau mengikuti Yesus, semua urusan dunia, termasuk kewajiban menguburkan bapanya, tidak boleh mengikatnya. Orang wajib menguburkan bapanya, tetapi pada waktu terjadi konflik antar keduanya, kepentingan Kerajaan Allah harus dimenangkan. Jadi, dibanding dengan nabi Elia, Yesus jauh lebih radikal. Sebab nabi Elia mengizinkan Elisa pamit dengan orang tuanya yang masih hidup, sedangkan orang yang dipanggil Yesus itu mau menghormati orang mati. Pamitan dengan keluarga pun tidak diizinkan, sebab “setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”. Mengikuti Yesus tidak hanya harus meninggalkan ikatan keluarga, tetapi bahkan memutus hubungan dengan masa lampau. “Menoleh ke belakang” artinya mempertahankan mati-matian warisan nilai dan pengalaman masa lampau. Sama seperti pembajak yang tidak boleh menoleh ke belakang karena harus memperhatikan lurusnya alur bajak yang ditarik lembu, pengikut Yesus pun tidak boleh merepotkan yang sudah ditinggalkan demi Kerajaan Allah, tetapi mengambil alih cara Yesus menilai dunia ini.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita lebih mementingkan kewajiban dan keinginan sendiri, padahal kepentingan Kerajaan Allah harus selalu diutamakan. Mengapa? Apa mau kita sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar