Kamis, 06 Oktober 2011

Penggarap Kebun

Minggu, 02 Oktober 2011, Mat 21:33-43

“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan
telah menjadi batu penjuru”
(Mat 21:42)


          Bodoh betul tuh tukang-tukang bangunan! Masak tukang tidak tahu gunanya batu penjuru? Membuang batu penjuru sama aja merubuhkan bangunan.
          Betul… tapi batu penjuru itu harus dimaknai secara simbolis.
          Emang apa artinya? Yesus?
          Lihat dulu aja konteksnya.

Melihat Konteks
(Mat 21:33-43 bdk. Mrk 12:1-12 // Luk 20:9-19)

          Ketika Yesus berada di Bait Allah dan mengajar, datanglah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Mereka mempertanyakan kuasa yang dimiliki-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” (Mat 21:23). Yesus menanggapi dan membalikkan serangan itu dengan memaparkan perumpamaan tentang seorang tuan tanah yang membuka kebun anggur.


Mat 21:33-43
Tuan tanah membuka kebun anggur dan disewakan
33 “Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.
Pengiriman para utusan
Utusan pertama
34 Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. 35 Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain juga dengan batu.
Utusan kedua
36 Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.
Utusan ketiga
37 Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. 38 Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. 39 Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.
Tanggapan tuan tanah
40 Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” 41a Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu
41b dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.”
Tanggapan Yesus
42 Kata Yesus kepada mereka: “Belum pernahkan kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.


          Seorang tuan tanah membuka kebun anggur. Ia juga membuat pagar keliling, menggali lubang tempat memeras anggur dan membangun menara jaga. Menara dan pagar keliling berguna untuk memantau dan melindungi kebun dari ulah para pencuri atau binatang-binatang liar. Lubang tempat pemeras anggur biasanya digali di wadas lalu dilengkapi dengan wadah penampung sari buah anggur. Nah, setelah kebun beserta sarana maupun prasarananya siap, tuan itu menyewakan kepada para penggarap dengan sistem bagi hasil. Memang tanah di dunia Palestina dikuasai oleh tuan-tuan tanah yang tinggal di perkotaan dan disewakan kepada para penggarap tanah dengan sistem bagi hasil. Keadaan itu sering menimbulkan ketidaksenangan para petani yang ada kalanya melakukan pemberontakan.
          Setelah membuat kesepakatan dengan para penggarap kebun, tuan tanah itu pergi ke luar negeri. Lalu ketika musim anggur berbuah tiba ia mengutus hamba-hambanya untuk menerima hasil bagiannya. Pembagian hasil umumnya bukan berdasarkan banyaknya buah anggur yang dipanen, tetapi banyaknya uang hasil penjualan buah anggur itu. Namun rupanya para penggarap itu ingkar janji dan tidak mau menyerahkan hasil yang menjadi bagian dari tuan tanah itu kepada hamba-hambanya, bahkan malah memukuli dan membunuh mereka. Hamba-hamba lain yang jumlahnya lebih banyak diutusnya lagi, tetapi mereka pun mengalami perlakuan yang sama. Maka, anaknya sendiri yang diutus dengan harapan akan disegani, tetapi para penggarap itupun membunuhnya. Sebab dengan membunuh anaknya mereka berharap dapat mengambil hak warisnya dan memiliki kebun anggur itu.
          Rupanya skenario para penggarap kebun itu meleset, sebab tuan tanah itu akan datang membinasakan mereka.  Kata “membinasakan” mengacu pada kematian yang mengerikan atau tanpa belas kasihan. Lalu kebun anggurnya pun akan disewakan kepada penggarap-penggarap lain yang mau memberikan bagian hasilnya pada waktunya.


Mencari Pesan

          Nabi Yesaya telah memberitakan tentang Allah sebagai pemilik kebun anggur dan bangsa Israel kebun anggur-Nya:

“Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lubang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang masam. Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu… Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak… Aku akan memerintahkan awan-awan supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya. Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran” (Yes 5:1-7).

          Nabi Yesaya mengutarakan keluh kesah seorang pemilik kebun anggur yang gagal panen. Pada hal tanahnya subur, sudah digemburkan dan dibersihkan batu-batunya, pun mutu pokok anggurnya pilihan. Segala upaya telah ia lakukan, bahkan menara jaga dan lubang pemeras anggur pun sudah disiapkan. Namun hasilnya sangat mengecewakan, yaitu buah anggur yang masam.
          Keluh kesah si pemilik kebun anggur itu menggambarkan kekecewaan dan kemurkaan Allah terhadap bangsa Israel, karena mengharapkan keadilan dan kebenaran dari umat-Nya, tetapi yang ada hanya kelaliman dan keonaran. Allah si pemilik kebun anggur itu masih mendapatkan hasil, tetapi buah anggur masam (kelaliman dan keonaran) yang mengecewakan.

          Dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, Yesus menggambarkan seorang tuan tanah yang tidak mendapatkan bagian hasil dari kebun anggurnya karena ulah para penggarap. Bukan karena pohon anggurnya buruk dan bukan pula karena sarana-prasarana produktifitasnya tidak ada, tetapi karena para penggarapnya jahat, menyiksa utusan dan membunuh anaknya, bahkan berupaya merebut hak milik atas tanah dengan kekerasan. Pada hal menurut hukum Perjanjian Lama, hak atas tanah merupakan milik pusaka turun-temurun yang tidak bisa diganggu gugat. Hak milik atas tanah diwariskan secara sah, sehingga tidak bisa dijual-belikan, apalagi diperebutkan (bdk. kebun anggur Nabot dalam 1 Raj 21:1-29). Maka, perebutan hak milik tanah secara kekerasan merupakan kejahatan yang tidak terbatas.
          Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur mengibaratkan Allah sebagai tuan tanah dan bangsa Israel sebagai kebun anggur-Nya. Para penggarap kebun melambangkan penguasa-penguasa Israel, terutama imam-imam kepala dan orang-orang Farisi yang menganggap diri sebagai golongan elit dan kaum saleh dari agama Yahudi. Kebaikan hati Allah terlukis dalam tindakan tuan tanah yang melengkapi sarana dan prasarana demi produktivitas, yakni pagar keliling, lubang tempat pemerasan anggur dan menara jaga. Kepercayaan Allah nyata dalam kepergian tuan tanah itu yang mempercayakan pengelolaan kebun sepenuhnya kepada para penggarap.
          Allah menghendaki agar bangsa Israel menghasilkan buah, yaitu melakukan kehendak-Nya. Nabi Yeremia mengatakan bahwa Allah telah mengutus para nabi untuk mengajak umat Israel melakukan kehendak-Nya, tetapi mereka menolaknya: “Dari sejak waktu nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka  hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus menerus, tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian, bahkan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat dari pada nenek moyang mereka.” (Yer 7:25-26; 25:4). Jadi, hamba-hamba utusan tuan tanah itu melambangkan para nabi yang bukan hanya ditolak, tetapi ditangkap dan disiksa, bahkan dibunuh. Alhasil, tuan tanah itupun mengutus anaknya sendiri, tetapi “mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.” Anak itu merujuk pada Yesus Mesias yang oleh para pemimpin Yahudi dijatuhi hukuman mati dengan disalibkan. Penyaliban itu mereka lakukan di luar kota Yerusalem, di tempat yang dalam bahasa Ibrani Golgota, artinya Tempat Tengkorak (bdk. Mat 27:31b-33; Yoh 19:17-18; Ibr 13:12).
          Kesabaran Allah tampak dalam kesempatan yang berulangkali diberikan agar para penggarap memberikan kepada tuan tanah hasil panen anggur yang menjadi bagiannya. Kesabaran Allah itu tidak luntur walau para hamba/nabi utusan-Nya, juga Yesus/Anak-Nya sendiri, disiksa dan dibunuh. Sementara itu sikap penolakan para pemimpin Israel yang tidak bertanggung jawab atas hak-hak istimewa mereka tergambar dalam ketidakmauan para penggarap memberikan kepada tuan tanah hasil panen yang menjadi bagiannya dan penganiayaan para hamba utusan serta pembunuhan Anak-Nya demi merebut dan mengambil alih hak waris pemilikan tanah.
          Maka, “apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Pertanyaan yang merujuk pada kedatangan di masa mendatang, yaitu saat penghakiman Allah nanti. Di saat itu Allah akan menghakimi ketidaktaatan dan pemberontakan para penggarap itu: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Pernyataan ini merupakan jawaban dari imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi. Artinya, mereka memahami arti perumpamaan itu dan mereka telah menghakimi dirinya sendiri. Sebab mereka pun mengerti bahwa yang dimaksudkan oleh Yesus dengan penggarap-penggarap itu adalah diri mereka: “Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi” (Mat 21:45-46).
          Para imam dan tua-tua itu merasa terancam bakal mendapat hukuman dari Allah, sehingga mereka semakin memusuhi Yesus. Namun mereka sebenarnya lebih merisaukan konsekuensi politis untuk Yudea, khususnya bagi keberlangsungan Bait Allah. Sebab kalau tindakan Yesus yang menarik banyak orang itu dibiarkan bisa jadi penguasa Romawi akan mengira ada gerakan pemberontakan, sehingga akan melakukan tindakan militer yang semakin mengekang kebebasan tanah Yudea. Maka, berkaitan dengan penghakiman dan hukuman Allah yang akan mendatangkan kebinasaan, kiranya bukan merujuk pada akhir zaman, tetapi pada penghancuran kota Yerusalem dan pembantaian penduduknya oleh pasukan Romawi di tahun 70.
          Sebenarnya para imam dan tua-tua Yahudi itu masih bisa melepaskan diri dari hukuman Allah itu, sebab hukuman yang diutarakan dalam perumpamaan itu belum terjadi. Mereka belum dihakimi oleh Allah dan mereka pun juga belum benar-benar membunuh Anak Allah itu. Jadi, sesungguhnya masih ada waktu untuk berubah, tetapi mereka sudah larut dalam kebencian dan terbawa oleh rencana mereka untuk menangkap dan membunuh Yesus.
          Alhasil, akan tibalah saat penghakiman dan hukuman Allah bagi mereka, yaitu penyerahan pengelolaan kebun anggur kepada para penggarap lain yang mau menyerahkan hasil pada waktunya. Artinya, perwujudan pemerintahan Allah tidak lagi dipercayakan kepada bangsa Israel, tetapi kepada bangsa lain yang akan menghasilkan buah-buah Kerajaan: “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Dengan demikian para penggarap lain itu jelas bukan sekedar bangsa-bangsa lain atau bangsa-bangsa bukan Israel saja, tetapi bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan Allah. Artinya, orang-orang Israel pun masih dapat menjadi warga Kerajaan Allah, asal mereka menjadi bagian dari bangsa yang menyambut pemerintahan Allah dan melaksanakan kehendak-Nya, sehingga menghasilkan buah-buah Kerajaan itu.
          Bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan Allah adalah orang-orang yang menyambut pemerintahan Allah dengan melakukan kehendak-Nya entah orang-orang Israel entah orang-orang bukan Israel. Artinya, bangsa Israel tetap menjadi kebun anggur-Nya dan Allah akan meraja bagi mereka yang menyambut pemerintahan-Nya, tetapi dengan para penggarap/pemimpin dan pola kepemimpinan yang baru. Perwujudan pemerintahan Allah yang awalnya dipercayakan kepada para pemimpin dan bangsa Israel, selanjutnya dipercayakan kepada para rasul dan murid-murid Yesus yang terdiri dari baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi. Para rasul dan murid-murid Yesus itulah orang-orang yang menyambut pemerintahan Allah dan melakukan kehendak-Nya, sehingga menjadi umat pilihan Allah yang baru atau Gereja-Nya.
          Di bawah kepemimpinan para rasul, Kerajaan Allah tidak terbatas untuk bangsa Israel saja, tetapi terbuka untuk semua orang yang mau menyambut pemerintahan-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi. Bagi orang-orang itulah Yesus yang ditolak dan dibunuh telah dijadikan oleh Allah sebagai batu penjuru bangunan komunitas mereka. Yesus berkata: “Belum pernahkan kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Yesus mengutip Mzm 118:22-23 yang konteks aslinya merujuk pada bangsa Israel. Istilah Ibrani rosh pina atau “batu penjuru” mengacu pada batu yang menahan seluruh bangunan. Dalam Mzm 118:22 batu itu dipakai sebagai kiasan untuk kedudukan terhormat, yaitu bangsa pilihan Allah. Dalam Perjanjian Baru, kiasan itu diterapkan pada Yesus sebagai Kepala Gereja yang menahan seluruh bangunan umat Allah yang baru.
          Batu penjuru adalah batu yang ditempatkan di sudut bangunan dan batu itu menahan semua batu lainnya, sehingga tanpa batu penjuru itu bangunan akan roboh. Tukang-tukang bangunan telah membuang batu penjuru, yaitu batu yang paling penting dalam pembangunan Bait Allah. Demikian halnya para pemimpin bangsa Yahudi, mereka telah menganggap Yesus tidak bernilai bagi bangsanya, sehingga membuang atau menyalibkan dan membunuh-Nya. Pada hal sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya telah menjadi dasar atau pondasi bagi pembangunan Bait Allah atau umat Allah yang baru (bdk. 1 Ptr 2:4-10). Semua itu merupakan perbuatan ajaib yang telah dilakukan oleh Allah.


Menjimpit Pesan

          Allah telah mempercayakan perwujudan pemerintahan-Nya kepada para rasul dan umat pilihan-Nya yang baru, yaitu orang-orang yang menyambut pemerintahan-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Mereka bersatu menjadi komunitas Gerejawi yang terus-menerus berjuang untuk melaksanakan kehendak Allah dan menghasilkan buah-buah Kerajaan-Nya. Untuk itu Gereja perlu bercermin dan harus belajar dari bangsa Israel yang telah mengalami kehancuran karena pemberontakannya kepada Allah dan tidak menjalankan perintah-perintah-Nya. Kehancuran serupa akan terulang kalau Gereja lalai melaksanakan kehendak Allah. Oleh karena itu, kita yang telah menjadi bagian dari Gereja atau umat baru pilihan Allah harus mendengarkan dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan serius dan penuh tanggung jawab.


Mengucap Doa

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Allah Bapa kami yang maha kuasa. Engkau telah mempercayakan dan memperkenankan kami ambil bagian dalam mewujudkan Kerajaan-Mu. Syukur atas semuanya itu ya Tuhan. Bantu kami untuk selalu terbuka pada tuntunan Roh Kudus-Mu. Mampukan kami untuk mendengarkan dan melaksanakan kehendak-Mu dengan penuh tanggung jawab. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar