Minggu, 02 Oktober 2011, Mat 21:33-43
“Batu
yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan
telah
menjadi batu penjuru”
(Mat 21:42)
Bodoh betul tuh tukang-tukang bangunan! Masak tukang
tidak tahu gunanya batu penjuru? Membuang batu penjuru sama aja merubuhkan
bangunan.
Betul…
tapi batu penjuru itu harus dimaknai secara simbolis.
Emang
apa artinya? Yesus?
Lihat dulu
aja konteksnya.
Melihat
Konteks
(Mat 21:33-43
bdk. Mrk 12:1-12 // Luk 20:9-19)
Ketika Yesus berada di Bait Allah dan mengajar, datanglah
imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Mereka mempertanyakan kuasa yang
dimiliki-Nya: “Dengan kuasa manakah
Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu
kepada-Mu?” (Mat 21:23). Yesus menanggapi dan membalikkan serangan itu
dengan memaparkan perumpamaan tentang
seorang tuan tanah yang membuka kebun anggur.
Mat 21:33-43
|
Tuan tanah membuka kebun anggur dan disewakan
|
33 “Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah
seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia
menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam
kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu
berangkat ke negeri lain.
|
Pengiriman para utusan
|
Utusan pertama
|
34 Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh
hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang
menjadi bagiannya. 35 Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap
hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan
melempari yang lain juga dengan batu.
|
Utusan kedua
|
36 Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang
lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama
seperti kawan-kawan mereka.
|
Utusan ketiga
|
37 Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka,
katanya: Anakku akan mereka segani. 38 Tetapi ketika
penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada
yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya
menjadi milik kita. 39 Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke
luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.
|
Tanggapan tuan tanah
|
40 Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah
yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” 41a Kata
mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu
|
41b dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada
penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada
waktunya.”
|
Tanggapan Yesus
|
42 Kata Yesus kepada mereka: “Belum pernahkan kamu
baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib
di mata kita.
|
43 Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan
Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang
akan menghasilkan buah Kerajaan itu.
|
Seorang tuan
tanah membuka kebun anggur. Ia juga membuat pagar keliling, menggali
lubang tempat memeras anggur dan membangun menara jaga. Menara dan pagar
keliling berguna untuk memantau dan melindungi kebun dari ulah para pencuri
atau binatang-binatang liar. Lubang tempat pemeras anggur biasanya digali di
wadas lalu dilengkapi dengan wadah penampung sari buah anggur. Nah, setelah kebun
beserta sarana maupun prasarananya siap, tuan itu menyewakan kepada para
penggarap dengan sistem bagi hasil. Memang
tanah di dunia Palestina dikuasai oleh tuan-tuan tanah yang tinggal di
perkotaan dan disewakan kepada para penggarap tanah dengan sistem bagi hasil.
Keadaan itu sering menimbulkan ketidaksenangan para petani yang ada kalanya
melakukan pemberontakan.
Setelah membuat kesepakatan dengan para penggarap kebun, tuan
tanah itu pergi ke luar negeri. Lalu ketika musim anggur berbuah tiba ia
mengutus hamba-hambanya untuk menerima hasil bagiannya. Pembagian hasil umumnya
bukan berdasarkan banyaknya buah anggur yang dipanen, tetapi banyaknya uang
hasil penjualan buah anggur itu. Namun rupanya para penggarap itu ingkar janji
dan tidak mau menyerahkan hasil yang menjadi bagian dari tuan tanah itu kepada
hamba-hambanya, bahkan malah memukuli dan membunuh mereka. Hamba-hamba lain yang
jumlahnya lebih banyak diutusnya lagi, tetapi mereka pun mengalami perlakuan
yang sama. Maka, anaknya sendiri yang diutus dengan harapan akan disegani,
tetapi para penggarap itupun membunuhnya. Sebab dengan membunuh anaknya mereka
berharap dapat mengambil hak warisnya dan memiliki kebun anggur itu.
Rupanya skenario para penggarap kebun itu meleset, sebab tuan
tanah itu akan datang membinasakan mereka. Kata “membinasakan” mengacu pada
kematian yang mengerikan atau tanpa belas kasihan. Lalu kebun anggurnya pun
akan disewakan kepada penggarap-penggarap lain yang mau memberikan bagian
hasilnya pada waktunya.
Mencari Pesan
Nabi Yesaya telah
memberitakan tentang Allah sebagai
pemilik kebun anggur dan bangsa Israel kebun anggur-Nya:
“Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang
kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai
kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang
batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah
menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lubang tempat memeras anggur; lalu
dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang
dihasilkannya ialah buah anggur yang masam. Maka sekarang, hai penduduk
Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu… Aku
akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda
temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi
semak-semak… Aku akan memerintahkan awan-awan supaya jangan diturunkannya hujan
ke atasnya. Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang
Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya
ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran” (Yes 5:1-7).
Nabi Yesaya mengutarakan keluh kesah seorang pemilik kebun
anggur yang gagal panen. Pada hal tanahnya subur, sudah digemburkan dan dibersihkan
batu-batunya, pun mutu pokok anggurnya pilihan. Segala upaya telah ia lakukan,
bahkan menara jaga dan lubang pemeras anggur pun sudah disiapkan. Namun
hasilnya sangat mengecewakan, yaitu buah anggur yang masam.
Keluh kesah si pemilik kebun anggur itu menggambarkan
kekecewaan dan kemurkaan Allah terhadap bangsa Israel, karena mengharapkan
keadilan dan kebenaran dari umat-Nya, tetapi yang ada hanya kelaliman dan keonaran.
Allah si pemilik kebun anggur itu masih mendapatkan hasil, tetapi buah anggur
masam (kelaliman dan keonaran) yang mengecewakan.
Dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, Yesus menggambarkan
seorang tuan tanah yang tidak mendapatkan bagian hasil dari kebun anggurnya
karena ulah para penggarap. Bukan karena pohon anggurnya buruk dan bukan pula karena
sarana-prasarana produktifitasnya tidak ada, tetapi karena para penggarapnya
jahat, menyiksa utusan dan membunuh anaknya, bahkan berupaya merebut hak milik
atas tanah dengan kekerasan. Pada hal menurut hukum Perjanjian Lama, hak atas
tanah merupakan milik pusaka turun-temurun yang tidak bisa diganggu gugat. Hak
milik atas tanah diwariskan secara sah, sehingga tidak bisa dijual-belikan,
apalagi diperebutkan (bdk. kebun anggur Nabot dalam 1 Raj 21:1-29). Maka,
perebutan hak milik tanah secara kekerasan merupakan kejahatan yang tidak terbatas.
Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur mengibaratkan
Allah sebagai tuan tanah dan bangsa Israel sebagai kebun anggur-Nya. Para
penggarap kebun melambangkan penguasa-penguasa Israel, terutama imam-imam
kepala dan orang-orang Farisi yang menganggap diri sebagai golongan elit dan
kaum saleh dari agama Yahudi. Kebaikan hati Allah terlukis dalam tindakan tuan
tanah yang melengkapi sarana dan prasarana demi produktivitas, yakni pagar
keliling, lubang tempat pemerasan anggur dan menara jaga. Kepercayaan Allah
nyata dalam kepergian tuan tanah itu yang mempercayakan pengelolaan kebun sepenuhnya
kepada para penggarap.
Allah menghendaki agar bangsa Israel menghasilkan buah, yaitu
melakukan kehendak-Nya. Nabi Yeremia mengatakan bahwa Allah telah mengutus para
nabi untuk mengajak umat Israel melakukan kehendak-Nya, tetapi mereka
menolaknya: “Dari sejak waktu nenek
moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada
mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari
demi hari, terus menerus, tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan
tidak mau memberi perhatian, bahkan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih
jahat dari pada nenek moyang mereka.” (Yer 7:25-26; 25:4). Jadi, hamba-hamba
utusan tuan tanah itu melambangkan para nabi yang bukan hanya ditolak, tetapi
ditangkap dan disiksa, bahkan dibunuh. Alhasil, tuan tanah itupun mengutus anaknya
sendiri, tetapi “mereka menangkapnya dan
melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.” Anak itu
merujuk pada Yesus Mesias yang oleh para pemimpin Yahudi dijatuhi hukuman mati dengan
disalibkan. Penyaliban itu mereka lakukan di luar kota Yerusalem, di tempat
yang dalam bahasa Ibrani Golgota,
artinya Tempat Tengkorak (bdk. Mat 27:31b-33; Yoh 19:17-18; Ibr 13:12).
Kesabaran Allah tampak dalam kesempatan yang berulangkali
diberikan agar para penggarap memberikan kepada tuan tanah hasil panen anggur yang
menjadi bagiannya. Kesabaran Allah itu tidak luntur walau para hamba/nabi
utusan-Nya, juga Yesus/Anak-Nya sendiri, disiksa dan dibunuh. Sementara itu
sikap penolakan para pemimpin Israel yang tidak bertanggung jawab atas hak-hak
istimewa mereka tergambar dalam ketidakmauan para penggarap memberikan kepada
tuan tanah hasil panen yang menjadi bagiannya dan penganiayaan para hamba
utusan serta pembunuhan Anak-Nya demi merebut dan mengambil alih hak waris
pemilikan tanah.
Maka, “apabila tuan
kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan
penggarap-penggarap itu?” Pertanyaan yang merujuk pada kedatangan di masa
mendatang, yaitu saat penghakiman Allah nanti. Di saat itu Allah akan menghakimi
ketidaktaatan dan pemberontakan para penggarap itu: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu
dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang
akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Pernyataan ini merupakan jawaban dari imam-imam
kepala dan tua-tua Yahudi. Artinya, mereka memahami arti perumpamaan itu dan
mereka telah menghakimi dirinya sendiri. Sebab mereka pun mengerti bahwa yang
dimaksudkan oleh Yesus dengan penggarap-penggarap itu adalah diri mereka: “Ketika imam-imam kepala dan orang-orang
Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa
merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi
mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi”
(Mat 21:45-46).
Para imam dan tua-tua itu merasa terancam bakal mendapat
hukuman dari Allah, sehingga mereka semakin memusuhi Yesus. Namun mereka
sebenarnya lebih merisaukan konsekuensi politis untuk Yudea, khususnya bagi
keberlangsungan Bait Allah. Sebab kalau tindakan Yesus yang menarik banyak
orang itu dibiarkan bisa jadi penguasa Romawi akan mengira ada gerakan
pemberontakan, sehingga akan melakukan tindakan militer yang semakin mengekang
kebebasan tanah Yudea. Maka, berkaitan dengan penghakiman dan hukuman Allah yang
akan mendatangkan kebinasaan, kiranya bukan merujuk pada akhir zaman, tetapi pada
penghancuran kota Yerusalem dan pembantaian penduduknya oleh pasukan Romawi di
tahun 70.
Sebenarnya para imam dan tua-tua Yahudi itu masih bisa
melepaskan diri dari hukuman Allah itu, sebab hukuman yang diutarakan dalam
perumpamaan itu belum terjadi. Mereka belum dihakimi oleh Allah dan mereka pun
juga belum benar-benar membunuh Anak Allah itu. Jadi, sesungguhnya masih ada
waktu untuk berubah, tetapi mereka sudah larut dalam kebencian dan terbawa oleh
rencana mereka untuk menangkap dan membunuh Yesus.
Alhasil, akan tibalah saat penghakiman dan hukuman Allah bagi
mereka, yaitu penyerahan pengelolaan kebun anggur kepada para penggarap lain
yang mau menyerahkan hasil pada waktunya. Artinya, perwujudan pemerintahan
Allah tidak lagi dipercayakan kepada bangsa Israel, tetapi kepada bangsa lain
yang akan menghasilkan buah-buah Kerajaan: “Sebab
itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan
akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”
Dengan demikian para penggarap lain itu jelas bukan sekedar bangsa-bangsa lain
atau bangsa-bangsa bukan Israel saja, tetapi bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan Allah. Artinya, orang-orang Israel pun masih dapat menjadi warga
Kerajaan Allah, asal mereka menjadi bagian dari bangsa yang menyambut
pemerintahan Allah dan melaksanakan kehendak-Nya, sehingga menghasilkan
buah-buah Kerajaan itu.
Bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan Allah adalah
orang-orang yang menyambut pemerintahan Allah dengan melakukan kehendak-Nya
entah orang-orang Israel entah orang-orang bukan Israel. Artinya, bangsa Israel
tetap menjadi kebun anggur-Nya dan Allah akan meraja bagi mereka yang menyambut
pemerintahan-Nya, tetapi dengan para penggarap/pemimpin dan pola kepemimpinan
yang baru. Perwujudan pemerintahan Allah yang awalnya dipercayakan kepada para pemimpin
dan bangsa Israel, selanjutnya dipercayakan kepada para rasul dan murid-murid
Yesus yang terdiri dari baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang bukan
Yahudi. Para rasul dan murid-murid Yesus itulah orang-orang yang menyambut
pemerintahan Allah dan melakukan kehendak-Nya, sehingga menjadi umat pilihan
Allah yang baru atau Gereja-Nya.
Di bawah kepemimpinan para rasul, Kerajaan Allah tidak terbatas
untuk bangsa Israel saja, tetapi terbuka untuk semua orang yang mau menyambut
pemerintahan-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya baik orang-orang Yahudi maupun
orang-orang bukan Yahudi. Bagi orang-orang itulah Yesus yang ditolak dan
dibunuh telah dijadikan oleh Allah sebagai batu penjuru bangunan komunitas
mereka. Yesus berkata: “Belum pernahkan
kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib
di mata kita.” Yesus mengutip Mzm 118:22-23 yang konteks aslinya merujuk
pada bangsa Israel. Istilah Ibrani rosh
pina atau “batu penjuru” mengacu pada batu yang menahan seluruh bangunan.
Dalam Mzm 118:22 batu itu dipakai sebagai kiasan untuk kedudukan terhormat, yaitu
bangsa pilihan Allah. Dalam Perjanjian Baru, kiasan itu diterapkan pada Yesus
sebagai Kepala Gereja yang menahan seluruh bangunan umat Allah yang baru.
Batu penjuru adalah batu yang ditempatkan di sudut bangunan
dan batu itu menahan semua batu lainnya, sehingga tanpa batu penjuru itu
bangunan akan roboh. Tukang-tukang bangunan telah membuang batu penjuru, yaitu
batu yang paling penting dalam pembangunan Bait Allah. Demikian halnya para
pemimpin bangsa Yahudi, mereka telah menganggap Yesus tidak bernilai bagi
bangsanya, sehingga membuang atau menyalibkan dan membunuh-Nya. Pada hal sengsara,
wafat dan kebangkitan-Nya telah menjadi dasar atau pondasi bagi pembangunan
Bait Allah atau umat Allah yang baru (bdk. 1 Ptr 2:4-10). Semua itu merupakan
perbuatan ajaib yang telah dilakukan oleh Allah.
Menjimpit Pesan
Allah telah mempercayakan perwujudan pemerintahan-Nya
kepada para rasul dan umat pilihan-Nya yang baru, yaitu orang-orang yang
menyambut pemerintahan-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Mereka bersatu menjadi
komunitas Gerejawi yang terus-menerus berjuang untuk melaksanakan kehendak
Allah dan menghasilkan buah-buah Kerajaan-Nya. Untuk itu Gereja perlu bercermin
dan harus belajar dari bangsa Israel yang telah mengalami kehancuran karena pemberontakannya
kepada Allah dan tidak menjalankan perintah-perintah-Nya. Kehancuran serupa
akan terulang kalau Gereja lalai melaksanakan kehendak Allah. Oleh karena itu, kita
yang telah menjadi bagian dari Gereja atau umat baru pilihan Allah harus
mendengarkan dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan serius dan penuh tanggung
jawab.
Mengucap Doa
Allah
Bapa kami yang maha kuasa. Engkau telah mempercayakan dan memperkenankan kami
ambil bagian dalam mewujudkan Kerajaan-Mu. Syukur atas semuanya itu ya Tuhan.
Bantu kami untuk selalu terbuka pada tuntunan Roh Kudus-Mu. Mampukan kami untuk
mendengarkan dan melaksanakan kehendak-Mu dengan penuh tanggung jawab. Demi
Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Demi
nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar