Minggu, 09 Oktober 2011, Mat 22:1-14
“Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih”
(Mat 22:14)
Enjoy aja kawan! Kita ini ‘kan orang-orang yang terpanggil. Pasti Tuhan akan perhitungkan kita.
Emangnya panggilan tuh sama dengan tiket masuk surga? Banyak orang yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.
Lho… ‘kan yang dipanggil otomatis juga dipilih toh???
Jangan takabur kawan! Hanya yang berpakaian pesta akan dipilih.
Kenapa harus berpakaian pesta?????
Lihat sendiri konteksnya!
Melihat Konteks
(Mat 22:1-14 // Luk 14:16-24)
Perumpamaan tentang perjamuan pesta kawin ditujukan kepadapara imam kepala dan orang-orang Farisi sebagai peringatan atas sikap dan perilaku jahat mereka. Perumpamaan ini sebagai tanggapan atas rencana jahat mereka yang mau membunuh Yesus, sebagaimana terungkap di akhir perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur (bdk. Mat 21:33-43). Yesus menghadapi mereka dan memaparkan perumpamaan tentang perjamuan pesta kawin ini.
Mat 22:1-14
|
Luk 14:16-24
|
Seorang raja mengadakan perjamuan kawin
|
Seorang tuan rumah mengadakan perjamuan besar
|
1 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2 Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.
|
16 Tetapi Yesus berkata kepadanya: Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.
|
Para undangan khusus diundang tiga kali dan menolak datang, bahkan menyiksa dan membunuh
|
Para undangan khusus diundang dua kali dan menolak datang dengan berdalih
|
3 Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. 4 Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. 5 Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, 6 dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.
|
17 Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. 18 Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ank a dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. 19 Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. 20 Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin ank arena itu aku tidak dapat datang. 21a Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya.
|
Raja murka dan menghukum para undangan
|
Tuan rumah murka
|
7 Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
|
21b Lalu murkalah tuan rumah itu
|
Undangan untuk semua orang entah baik entah jahat
|
Undangan untuk semua orang terutama orang miskin, cacat dan buta dengan paksa
|
8 Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. 9 Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. 10 Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
|
21c dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. 22 Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. 23 Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, rumahku harus penuh. 24 Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.
|
Hukuman untuk orang yang tidak berpakaian pesta
| |
11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. 12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. 13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. 14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.
|
Yesus berkata: “Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.” Seorang raja mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya dan menyebarkan undangan. Perjamuan kawin adalah perjamuan makan yang sifatnya lebih resmi dibanding perjamuan persahabatan dalam Injil Lukas. Maka, raja itupun mengutus para hambanya untuk memanggil orang-orang undangan itu. Sebab menurut kebiasaan di Yerusalem, “tidak seorangpun akan pergi ke perjamuan pesta kalau belum dipanggil atau diundang dua kali” (Midras Rat 4:2). Maksudnya, orang-orang yang dulu pernah menerima undangan dipanggil atau dijemput saat perjamuan akan dimulai. Namun para undangan menolak jemputan itu dan tidak mau datang ke perjamuan pesta.
Sang raja mendapat laporan tentang penolakan itu dan menanggapinya dengan penuh kesabaran. Kalau biasanya undangan pesta itu cukup dua kali, untuk ketiga kalinya ia mengundang lagi dan mengutus hamba-hamba lain menjemput mereka dengan pesan khusus: “Sesungguhnya hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.” Raja itu bersikap merendah dan seolah minta belas kasihan para undangan, agar perjamuan pesta tidak gagal dan hancur. Namun para undangan malah semakin meremehkan dan tidak mempedulikannya sama sekali dengan pergi ke ladang dan mengurus usaha pribadinya. Sedangkan Penginjil Lukas mencatat beberapa dalih dari para undangan itu: “Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.” Dengan dalih-dalih itu sebenarannya para undangan pun secara halus menolak untuk datang ke perjamuan pesta.
Rupanya bukan saja penolakan, tetapi bahkan malah ada yang sampai takabur dan merasa terganggu, sehingga mereka menangkap hamba-hamba itu, menganiaya dan membunuhnya. Mereka melakukan kekerasan dan menolak datang ke perjamuan, karena lebih mementingkan urusan pribadi mereka sendiri. Dengan penolakan itu berarti mereka telah merusak hubungan baik dan menjauhkan diri dari raja yang bisa membuat hidup mereka lebih bermakna.
Penolakan dan kekerasan para undangan itu sangat kontras dengan kesabaran sang raja yang mengundang mereka sampai tiga kali dan kemurahan hatinya yang telah menyediakan hidangan berlimpah. Maka, marahlah sang raja, “lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.” Kalimat ini merupakan sisipan yang sangat aneh dan tidak terdapat dalam Injil Lukas. Sebab dikisahkan bahwa hidangan pesta telah tersedia, tetapi sempat-sempatnya raja itu masih menyuruh pasukannya untuk berperang dan membakar sebuah kota. Kiranya pembakaran kota ini mengacu pada penghancuran kota Yerusalem oleh tentara Romawi pimpinan Titus pada tahun 70. Artinya, yang menolak undangan raja akan menanggung penderitaan yang mengerikan.
Setelah gagal dan menilai bahwa para undangan yang pertama itu tidak layak ikut dalam perjamuan pesta dengannya, sang raja mengutus hamba-hambanya untuk mengundang semua orang yang mereka temukan: “Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.” Penginjil Lukas menyebut lebih rinci: “Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.”
Kata Yunani diexodous akan lebih pas kalau diterjemahkan bukan dengan “persimpangan-persimpangan jalan”, tetapi “permulaan jalan keluar kota, yang mulai dari pintu gerbang atau batas kota keluar menuju pedalaman”. Di sekitar pintu gerbang kota itu terdapat tempat yang lapang dan biasa dipakai orang untuk beristirahat setelah perjalanan, berkumpul atau menunggu kesempatan kerja. Di situ juga menjadi tempat tinggal orang-orang sakit lepra khususnya, yang disingkirkan dari tengah-tengah masyarakat, dan orang-orang miskin melarat gelandangan. Orang-orang itu kiranya yang dirinci oleh Lukas dengan orang-orang miskin, cacat, buta dan lumpuh. Dari jalan-jalan dan lorong-lorong itu mereka semua diundang dan dikumpulkan oleh para hamba raja itu, entah yang jahat entah yang baik, tanpa pandang bulu.
Apakah betul orang-orang miskin, cacat, buta dan lumpuh itu dengan sendirinya boleh ikut dalam perjamuan pesta? Rupanya tidaklah otomatis demikian, sebab dalam paparan berikutnya Penginjil Lukas menyajikan syarat-syarat agar orang benar-benar dapat masuk Kerajaan Surga (bdk. Luk 14:25-33). Syarat-syarat itu kiranya senada dengan kisah Penginjil Matius yang mengharuskan semua undangan hadir dengan berpakaian pesta:“Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?”
Dalam Shabat 153a Rabi Yokhanan ben Zakai mengisahkan tentang orang bijak yang terus berdandan setelah diundang makan oleh raja, tetapi orang bodoh tetap meneruskan kesibukannya. Saat perjamuan sudah tiba dan mereka dipanggil, si bijak hadir dengan pakaian pesta dan si bodoh dengan pakaian kotor. Malanglah bagi si bodoh, sebab bukannya ia diajak duduk makan, tetapi disuruhnya berdiri dan melihat saja. Demikian halnya kepada orang yang tidak berpakaian pesta itupun raja meminta pertanggungjawaban kepadanya. Karena ia tidak bisa mempertanggungjawabkannya, raja memerintahkan kepada para hambanya: “Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Undangan kepada semua orang itu rupanya tidak menjamin bahwa semua yang diundang pasti terpilih untuk ikut menikmati perjamuan pesta. Pilihan ditentukan atas cara orang menanggapi undangan itu, yaitu mau berpakaian pesta atau tidak. Bagi yang datang dengan berpakaian pesta akan terpilih untuk ikut makan perjamuan pesta. Bagi yang datang dengan tidak berpakaian pesta malanglah nasibnya, sebab bukannya diajak makan, tetapi malah diikat kaki dan tangannya lalu dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap.
Bagi orang Semit, pakaian memberi bentuk pada orang yang memakainya sehingga dapat dikenali. Tidak berpakaian pesta berarti tidak membiarkan diri dikenal sebagai orang yang sungguh-sungguh mau ikut pesta. Komitmen yang tidak utuh atau setengah-setengah seperti itu membuatnya tidak layak ambil bagian dalam perjamuan pesta. Nah, Penginjil Lukas tidak mengisahkan orang yang tidak berpakaian pesta dan tidak pantas ikut perjamuan, tetapi perumpamaan dilanjutkan dengan pengajaran tentang perlunya komitmen yang utuh dalam mengikuti Yesus: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:25-27). Dengan demikian Penginjil Lukas menjelaskan bahwa pakaian pesta adalah usaha untuk menjadi murid Yesus. Untuk bisa menjadi murid-Nya, orang harus menomorsatukan atau memprioritaskan Yesus di atas segalanya, memanggul salib dan mengikuti-Nya.
Mencari dan Menjimpit Pesan
Perjamuan pesta kawin yang diwarnai dengan suka cita, keakraban dan damai sejahtera melambangkan kebahagiaan dan keselamatan mesianik. Karya keselamatan itu telah dimulai dengan datangnya Mesias di tengah-tengah bangsa Israel dan akan memuncak pada kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Sedangkan undangan untuk ikut dalam perjamuan menggambarkan panggilan hidup masuk dan menjadi warga Kerajaan Allah.
Bangsa Israel secara khusus telah dipanggil Allah dan disiapkan oleh para nabi-Nya untuk masuk dalam Kerajaan-Nya. Para hamba yang diutus beberapa kali menjadi gambaran dari beberapa tahap perutusan dalam sejarah keselamatan, yaitu tahap perutusan para nabi, para rasul dan para pewarta Kristen. Hamba-hamba yang ditangkap, dipenjarakan, disiksa bahkan dibunuh merujuk pada penganiayaan dan pembunuhan para nabi, para rasul dan pewarta Kristen. Kesabaran sang raja terhadap para undangan yang sudah tiga kali diundang tetapi tetap menolak adalah lukisan dari kesabaran Allah dengan umat-Nya dalam sejarah keselamatan. Penghancuran kota Yerusalem merupakan bentuk hukuman Allah terhadap para pemimpin Yahudi yang telah menolak menjadi warga Kerajaan-Nya dan telah menyingkirkan para utusan-Nya dengan tindak kekerasan.
Para pemimpin Yahudi yang sudah dipanggil untuk hidup dalam pimpinan Allah itu kehilangan kesempatan untuk selamat, karena mereka menyibukkan diri dan tenggelam dalam urusannya sendiri-sendiri. Sikap mementingkan diri sendiri memang dapat menjauhkan orang dari rancangan Allah atas keselamatan dirinya. Tidak jarang orang yang egois seperti itu hanya akan mengikuti kemauannya sendiri dan menolak rancangan Allah, sehingga memusuhi juga para utusan-Nya. Nah, untuk mencegah agar orang-orang Kristen tidak egois dan tidak menolak rancangan Allah seperti orang-orang Yahudi itu mereka diingatkan dengan penghancuran kota Yerusalem.
Setelah penolakan panggilan hidup untuk selamat dari orang-orang pilihan-Nya, bangsa Yahudi, Allah memanggil semua orang untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Perutusan para hamba ke jalan-jalan ke luar kota dan undangan ke semua orang yang dijumpai, entah jahat entah baik, menggambarkan misi universal, yaitu perutusan para murid Yesus ke segala bangsa. Undangan untuk semua orang, entah jahat entah baik, merujuk pada umat yang merupakan campuran orang-orang berdosa dan orang-orang kudus. Dalam umat Allah yang baru itu bercampur antara yang jahat dan yang baik. Allah sendirilah akhirnya yang akan menyelesaikan persoalan di antara umat-Nya, sehingga raja yang masuk menjumpai para undangannya merujuk pada kedatangan Tuhan di akhir zaman untuk menghakimi mereka.
Pada waktu penghakiman terakhir itulah setiap orang harus mempertanggungjawabkan sendiri-sendiri perbuatannya di hadapan Allah. Maka, orang yang tidak berpakaian pesta adalah orang yang lalai dan tidak melakukan kehendak Allah. Pakaian pesta berarti kebenaran atau pola hidup yang dituntut dari semua orang yang mau menjadi warga Kerajaan Allah: “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran” (Yes 61:10). Orang yang tidak berpakaian keselamatan dan berjubah kebenaran akan mengalami pengucilan dari perjamuan pesta dan dicampakkan ke dalam kegelapan, di mana terdapat ratap dan kertak gigi. Kegelapan dengan ratap dan kertak gigi merupakan gambaran penderitaan yang sangat mengerikan dan hukuman kekal.
Dari perumpamaan itu kemudian disimpulkan bahwa “banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Panggilan Allah kepada semua orang rupanya tidak menjamin bahwa semua yang dipanggil itu pasti terpilih untuk masuk dan menjadi warga Kerajaan-Nya. Pilihan ditentukan atas cara orang menanggapi panggilan itu, yaitu mau melaksanakan kehendak Allah atau tidak. Bagi yang melakukan kehendak-Nya akhirnya akan terpilih untuk masuk dan hidup dalam Kerajaan-Nya. Bagi yang tidak melakukan kehendak-Nya malanglah nasibnya, sebab bukannya diajak masuk, tetapi malah dicampakkan ke dalam penderitaan yang sangat mengerikan. Oleh karena itu, meski kita telah dipanggil dan menjadi pengikut Kristus, jangan pikir bahwa “tiket masuk surga sudah di tangan” dan pasti kita akan selamat. Keselamatan tergantung pada kesediaan kita melaksanakan karya yang dituntut oleh Allah. Maka, jangan sia-siakan kesempatan untuk selamat dan selalu berusahalah untuk hidup menurut perintah-perintah-Nya.
Mengucap Doa
Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Allah Bapa kami yang penuh belas kasih. Engkau telah menyatakan belaskasih-Mu dengan memanggil dan menawarkan keselamatan kepada kami. Syukur atas semuanya itu ya Tuhan. Bantu kami untuk selalu mencari dan memahami kehendak-Mu. Mampukan kami untuk lebih mengutamakan dan melakukan perintah-perintah-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar