Kamis, 22 September 2011

Anak Manusia

Sabtu, 24 September 2011, Luk 9:43b-45


Realita: Kasihan itu orang! Jelas-jelas tidak bersalah, pengadilan jatuhkan kepadanya hukuman mati. Ia menjadi korban ulah kejahatan orang-orang yang tak mau bertanggungjawab. Ia dijadikan kambing hitam oleh sekelompok orang beruang. Nasib-nasib!!!

Teks Kitab Suci: 43b Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: 44 “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” 45 Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Refleksi Biblis: Menurut kitab Henokh dan Dan 7:13, Anak Manusia akan datang pada hari terakhir untuk menghakimi para pendosa dan menyelamatkan orang-orang benar. Maka dengan gelar Anak Manusia itu Yesus dipandang sebagai hakim yang di akhir zaman nanti akan mengadili semua manusia. Sedangkan dalam Injil Lukas, gelar Anak Manusia sudah muncul pada Luk 5:24 sebagai gambaran wibawa Yesus yang berkuasa mengampuni dosa. Dalam Luk 6:45 Yesus juga diberi gelar yang sama sebagai orang yang menata secara baru hari Sabat Yahudi. Lalu dalam Luk 9:22 gelar serupa dikenakan pada Yesus yang direndahkan, ditolak dan dibunuh. Dengan demikian gelar Anak Manusia yang dimaknai sebagai pribadi penuh kejayaan dan berhasil menangkis serangan-serangan para lawannya (Luk 5:17-6:11; 7:31-35) mulai Luk 9 diisi paham baru. Gagasan itu berlanjut ketika Yesus berkata: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Seturut kehendak Allah, Yesus akan diserahkan ke tangan manusia yang memanipulasikan segala kejahatan kepada-Nya, sehingga Ia akan menderita sebagaimana dialami orang-orang benar dan para nabi. Ia bahkan akan dibunuh, tetapi tiga hari kemudian akan dibangkitkan. Yesus sadar dan tahu bahwa kematian-Nya akan menjadi peristiwa sentral rencana penyelamatan Allah, sehingga Ia siap menerimanya dengan ketaatan seorang Putera Allah. Namun para murid-Nya tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka. Tambah lagi mereka pun tidak berani menanyakan kepada Yesus. Komplit sudah ketidakmengertian mereka.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita tak mengerti ajaran dan nasihat-nasihat Yesus dalam Kitab Suci, pada hal Kitab Suci itu pedoman kita dalam hidup beriman. Mengapa? Apa mau kita sekarang?


Rabu, 21 September 2011

Mesias Menderita

Jumat, 23 September 2011, Luk 9:19-22


Realita: Menurut hukum Yahudi, orang yang ditolak atau dikucilkan, hukumnya harus dibunuh. Yesus ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, sehingga akhirnya Ia dibunuh.

Teks Kitab Suci: 19 Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” 20 Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” 21 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun. 22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Refleksi Biblis: Menurut pendapat umum, Yesus bukannya orang yang biasa-biasa saja. Karena perbuatan-Nya yang luar biasa, orang teringat akan Yohanes Pembaptis, sehingga orang berpikir mungkin Yesus itu Yohanes yang telah bangkit (Mat 14:2). Kemungkinan Yesus pun penerus karya para nabi masa lampau, seperti Elia yang diyakini akan datang mendahului datangnya akhir zaman (Mal 4:5) atau salah seorang dari para nabi yang telah bangkit. Namun semua pendapat itu masih melihat Yesus sebagai perintis jalan keselamatan dan bukan pelaksana karya penyelamatan itu sendiri. Yesus tidak mempersoalkan opini masyarakat tentang diri-Nya. Ia lebih mengharapkan pendapat dari para murid-Nya. Maka, Petrus tampil dengan jawaban: “Mesias dari Allah!” Kata Aram/Ibrani masyiah searti dengan “yang diurapi” dan dipakai sebagai gelar para raja. Orang-orang Yahudi mengetrapkan gelar itu untuk Raja Penyelamat yang mereka nanti-nantikan. Sedangkan istilah “dari Allah” menyatakan hubungan pribadi yang sangat erat antara Yesus dengan Allah. Tetapi pikiran Petrus pun tidak jauh berbeda dengan orang-orang Yahudi pada umumnya yang menantikan Mesias dalam arti politis-duniawi, Mesias yang akan melepaskan bangsa Yahudi dari penjajahan bangsa lain. Karena itu, Yesus melarang para murid-Nya memberitahukan tentang kemesiasan-Nya, supaya tidak terjadi salah paham. Mereka belum memahami bahwa Yesus sebagai Mesias bukan hanya Raja penuh kuasa, tetapi Anak Manusia yang rendah hati dan sengsara, bahkan akan dibunuh. Karena itu pula, Yesus mulai mengajar mereka tentang Anak Manusia yang akan menanggung banyak penderitaan, ditolak lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita tak tahu menjelaskan tentang Yesus secara meyakinkan, pada hal penjelasan yang tepat dapat menumbuhkembangkan iman. Mengapa? Apa mau kita sekarang?


Kata Orang

Kamis, 22 September 2011, Luk 9:7-9


Realita: “Kalau Socrates berani minum racun untuk mempertahankan keyakinannya, mengapa kita takut meneteskan darah untuk mempertahankan kebenaran?”, ujar sang pencinta kemartiran.

     Teks Kitab Suci: 7 Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. 8 Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. 9 Tetapi Herodes berkata: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

    Refleksi Biblis: Herodes Antipas berkuasa di wilayah Galilea. Ia merampas dan menikahi Herodias, yang adalah istri saudara kandungnya, Herodes Filipus. Yohanes Pembaptis mencela tindakan itu dan Herodias sakit hati. Berkat kelicikannya Herodias pun berhasil mempengaruhi Herodes yang akhirnya memerintahkan untuk memenggal kepala Yohanes (Mat 14:2). Herodes menjadi takut dan cemas, sebab ada orang yang melihat penampilan Yesus, lalu mengatakan bahwa Dia itu Yohanes Pembaptis yang telah bangkit. Alhasil, kehadiran Yesus pun menimbulkan pertanyaan dan banyak pendapat. Ada orang yang berpikir bahwa Dia itu Elia yang telah datang kembali. Elia adalah seorang nabi yang setelah terangkat ke langit dengan kereta kuda berapi diyakini oleh orang-orang Yahudi akan datang lagi ke dunia menjelang penghakiman terakhir (Mal 4:5). Ada lagi orang yang mengatakan bahwa Dia itu seorang dari nabi-nabi dahulu yang telah bangkit. Aneka pendapat yang berseberangan itupun membuat Herodes semakin tidak mengerti siapa gerangan sebenarnya Yesus itu? Ia menjadi kagum juga akan perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, sehingga berusaha agar dapat bertemu dengan Yesus.

     Rekonsiliasi: Tidak jarang kita tak paham benar tentang Yesus dan ajaran-ajaran-Nya, pada hal kita ini pengikut-Nya dan mau menjadi rasul-rasul-Nya.  Mengapa? Apa mau kita sekarang?

Orang Berdosa

Rabu, 21 September 2011, Mat 9:9-13


Realita: Herodes Filipus berkuasa di wilayah sebelah timur danau Galilea dan Herodes Antipas meraja di wilayah Galilea. Ekspor-impor antar wilayah itu dikenai bea cukai yang kantor-kantornya berada di luar kota.

Teks Kitab Suci: 9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepada-Nya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” 12 Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Refleksi Biblis: Matius adalah pemungut bea cukai yang dipanggil Yesus menjadi murid-Nya. Dengan Matius dan para pemungut bea cukai lainnya itulah Yesus beserta para murid-Nya makan bersama. Maka bertanyalah orang Farisi kepada murid-murid-Nya: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Pertanyaan itu muncul karena orang-orang Farisi dilarang bergaul dengan para pendosa. Para pemungut bea cukai bekerja untuk penjajah Romawi dan karena pekerjaannya memungut bea dan pajak rakyat sebangsanya itulah mereka disebut perampok kaumnya sendiri dan pendosa. Kata pendosa bukan berarti orang yang kelakuannya bertentangan dengan norma moral, tetapi yang melanggar hukum-hukum yang terutama diajarkan kaum Farisi. Bergaul dengan para pemungut bea cukai adalah najis dan makan bersama orang-orang berdosa berarti bersekutu dengan mereka. Karenanya menurut kaum Farisi, bergaul dengan para pemungut cukai dilarang. Namun bagi Yesus, bergaul dengan para pendosa merupakan jalan untuk menunjukkan kerahiman Allah. Ia berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit”. Sehat atau sakit yang dimaksud bukan saja sehat atau sakit secara fisik, tetapi juga rohani, dan para pemungut bea cukai itulah orang-orang sakit itu. Karena itu perhatian Yesus kepada para pendosa merupakan wujud belaskasih Allah.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita memfonis jahat seseorang dan tak mau bergaul dengannya, padahal Yesus telah menunjukkan belaskasih yang harus dilakukan para pengikut-Nya. Mengapa? Apa mau kita sekarang?


Minggu, 18 September 2011

Pelaku Firman

Selasa, 20 September 2011, Luk 8:19-21


Teks Kitab Suci: 19 Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. 20 Orang memberitahukan kepada-Nya: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” 21 Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” 


Pelita Hidup

Senin, 19 September 2011, Luk 8:16-18


Realita: “Para jaksa diteror, penegak hukum diancam, pemegang kuasa disuap dan pemberantas kejahatan disingkirkan. Tetapi ingat, Anda tidak berkuasa ‘menggantung’ kebenaran. Anda bisa menyerang, menolak, menekan dan menunda datangnya kebenaran, tetapi waktunya akan tiba dan akhirnya kebenaran akan menang. Berhati-hatilah jangan sampai berperang melawan kebenaran”, nasihat orang benar.

Teks Kitab Suci: 16 Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. 17 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. 18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.

Refleksi Biblis: Kebenaran ada untuk ditunjukkan dan bukan disembunyikan. Yesus berkata: “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.” Dalam situasi apapun orang Kristen yang benar akan berpihak pada kebenaran, meski bahaya dan aniaya mengancamnya. Memang dengan mendiamkan kebenaran, orang Kristen kadang bisa luput dari penderitaan. Namun kekristenan adalah sesuatu yang harus disaksikan di hadapan semua orang. Kadang lebih mudah menyembunyikan diri dari kenyataan yang sebenarnya, namun kekristenan seharusnya menjadi pelita yang menerangi dan membuat semua orang dapat melihat. Sebab keyakinan orang Kristen berakar pada kenyataan bahwa “tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.” Di hadapan Allah, tidak ada sesuatupun yang dapat dirahasiakan dan tidak akan dinyatakan. Karena itu, tunjukkanlah kekristenan bukan hanya dengan kata-kata tetapi terutama perbuatan, sehingga iman pun semakin berbuah limpah. Barangsiapa mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa yang ada padanya akan diambil.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita menyembunyikan diri dan membiarkan kejahatan merajalela. Pada hal kekristenan kita harus menjadi pelita dalam kegelapan. Mengapa? Apa mau kita sekarang?


Orang Upahan

Minggu, 18 September 2011, Mat 20:1-16a



“Iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”
(Mat 20:15)


          Tidak adil, pilih kasih… masak kerja seharian upahnya sama yang satu jam aja. Aturan dari mana tuh? Anak TK pun tau kalau gak bener. Bikin orang iri hatilah!
          Knapa juga harus marah? Kamu yang gak tau kali. You pikir baik-baik. Orang yang kerja seharian itu harusnya bersyukur, sebab cepat dapat kerja tanpa harus cari dan nunggu-nunggu. Upah pun terjamin sudah. Coba lihat itu orang yang sampai sore terpaksa nganggur. Nasibnya gak tentu rudu lagi… lalu mau makan dari mana?
          Pinter-pinter cari nafkahlah.
          Emangnya dia itu gak cari nafkah? Karna gak dapatnya maka nganggur. Bukankah keadilan itu juga menyangkut kesempatan yang sama ‘tuk dapatkan nafkah?
          Ya urusannya sendirilah kalau gak berhasil dapatkan nafkah.
          Eeee lha da lah… Hidup dalam Kerajaan Surga ‘tuh gak seperti itu, kawan! Makanya lihat donk konteksnya.


Melihat Konteks
(Mat 20:1-16)

          Konteks dari perumpamaan tentang para pekerja kebun anggur adalah pembicaraan soal upah bagi pengikut Yesus. Petrus bertanya kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikuti Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu” (Mat 19:27-30).
          Kepada semua pengikut Yesus yang telah meninggalkan segala sesuatunya dijanjikan upah yang sama, yaitu imbalan seratus kali lipat dan hidup kekal. Namun Mat 20:21-24 memaparkan bahwa di antara para murid itu ada beberapa yang menginginkan imbalan lebih besar, yaitu duduk di sebelah kiri dan kanan Yesus dalam Kerajaan-Nya. Keinginan itu memancing emosi dan kemarahan murid-murid yang lain. Artinya, para murid yang lain pun ingin menjadi yang pertama. Perumpamaan tentang para pekerja kebun anggur mengantisipasi ambisi untuk mendahului yang lain itu lewat protes para pekerja terdahulu atas upah yang sama dengan para pekerja satu jam terakhir. Kepada para murid yang seperti itu diperingatkan bahwa demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir” (Mat 20:16).

Mat 20:1-15
Perjanjian Kerja (Mat 20:1-7)
Keluar
Kesepakatan
Undangan
1 “Adapun hal Kerajaan Surga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
2a Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari,
2b ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.
3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar.
4a Katanya kepada mereka: dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu.
4a,b Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku… Dan mereka pun pergi.
5a Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula

5b dan melakukan sama seperti tadi.
6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu mengganggur saja di sini sepanjang hari? 7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami.

7b Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
Pembayaran Upah (Mat 20:8-10)
8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. 9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. 10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga.
Pembenaran (Mat 20:11-15)
11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. 13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku akan memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. 15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?


          Perumpamaan berlatar belakang kehidupan bangsa Yahudi yang menganut Kalender Bulan. Mereka menghitung hari mulai pada waktu matahari terbenam. Namun hari kerja dihitung mulai matahari terbit secara periodik dari jam 06.00, 09.00, 12.00, 15.00 dan berakhir pada jam 18.00. Para pekerja upahan biasanya duduk-duduk atau mondar-mandir di pasar sambil menunggu orang yang memerlukan jasanya. Mereka digaji menurut jumlah periode waktunya, di mana setiap periode berlangsung selama tiga jam.
          Kerajaan Surga seumpama seorang pemilik kebun anggur yang mencari pekerja upahan. Dengan pekerja yang mulai jam 06.00 disepakati besarnya upah sedinar sehari. Satu dinar adalah uang perak Romawi yang dijadikan upah minimum harian. Upah kerja sedinar sehari itu dinilai lazim dan adil pada waktu itu. Selanjutnya masuklah pekerja-pekerja upahan lain pada jam 09.00, 12.00, 15.00 dan 17.00. Kelompok pekerja yang masuk jam 17.00 berarti hanya bekerja selama satu jam, karena masa kerja berakhir jam 18.00.
          Di akhir masa kerja, pemilik kebun memanggil semua pekerja untuk menerima upahnya masing-masing. Sebab upah para pekerja harian harus dibayarkan setiap hari sebelum matahari terbenam sesuai dengan peraturan dalam Im 19:13 (“Janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya”) dan Ul 24:15 (“Pada hari itu juga haruslah engkau membayar upahnya sebelum matahari terbenam”). Rupanya pemilik kebun itu memberi upah yang sama, yaitu satu dinar untuk yang bekerja selama empat periode waktu (dua belas jam) maupun yang kurang dari satu periode waktu (satu jam). Penyamarataan upah itu menuai protes dari para pekerja yang bekerja seharian penuh. Mereka tidak puas… “masak yang bekerja selama dua belas jam upahnya sama dengan yang bekerja satu jam saja.” Mereka bersungut-sungut karena merasa diperlakukan tidak adil dan dirampas haknya. Mereka menuntut hak untuk mendapatkan upah yang lebih besar.
          Sebenarnya para pekerja yang datang duluan itu bukan lagi hanya menuntut hak, tetapi hak istimewa atau privilege. Mereka ingin diistimewakan, sehingga berbicara tentang orang-orang yang datang terakhir dengan nada penghinaan: “Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam.” Dipakai kata “mereka” dan bukan kawan-kawan atau rekan-rekan sekerja yang datang belakangan. Para pekerja yang datang duluan itu menuntut hak istimewa serentak memisahkan diri dari para pekerja yang datang belakangan. Pada hal status mereka juga sama-sama pekerja. Oleh karena itu, kata pemilik kebun: “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita sudah sepakat sedinar sehari? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”
          Pemilik kebun menegaskan bahwa ia tidak berlaku yang tidak adil. Sebab mereka memang sudah sepakat dengan upah sedinar sehari dan pemilik kebun memberikannya upah itu. Bahwa ia memberikan sedinar juga kepada yang hanya bekerja satu jam, itu ya hak dia toh. Bukankah ia memang berhak dan bebas menggunakan uangnya? Bukankah protes para pekerja terdahulu itu justru karena mereka iri hati terhadap kemurahan hati pemilik kebun kepada para pekerja yang datang belakangan? Ungkapan “iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” harfiahnya “jahatkah matamu, karena aku murah hati?” Ungkapan ini biasa digunakan oleh para rabi Yahudi untuk mengungkapkan rasa cemburu atau iri hati.


Mencari dan Menjimpit Pesan

          Perumpamaan tentang pemilik kebun anggur yang mencari pekerja upahan mau melukiskan cara bertindak Allah yang murah hati dan penuh kasih terhadap orang-orang yang dipanggil-Nya menjadi warga Kerajaan-Nya. Pemilik kebun anggur adalah gambaran dari Allah. Pemilik kebun yang terus-menerus mencari para pekerja upahan adalah gambaran dari komitmen Allah yang tiada henti mencari manusia, agar masuk dalam Kerajaan-Nya, di saat terakhir sekalipun. Pemilik kebun yang menawarkan pekerjaan bagi pekerja upahan yang masih nganggur pada jam 09.00, 12.00, 15.00, bahkan jam 17.00, adalah gambaran dari Allah yang memberi kesempatan untuk mendapatkan nafkah kepada setiap orang. Orang-orang yang terus mencari-cari untuk mendapatkan rezeki tidak dibiarkan oleh Allah. Itulah keadilan ala Kerajaan Allah yang bukan berdasar pada ganjaran atas jasa dan masa bakti, tetapi lebih pada kemurahan hati Allah.
          Kemurahan hati Allah itu terungkap dalam penyamarataan upah untuk semua pekerja, sebab kemurahan ilahi tidak bisa diukur berdasarkan banyaknya jasa dan lamanya masa kerja. Upah sedinar sehari  untuk para pekerja yang hanya bekerja satu jam pun toh tidak dihadiahkan begitu saja, tetapi mereka bekerja sungguh-sungguh dan masa kerjanya memang juga sudah habis. Sedangkan yang datang sejak jam 06.00 memang masa kerjanya sehari penuh. Oleh karena itu, para pekerja upahan yang bekerja seharian penuh dan menuntut upah yang lebih besar adalah gambaran dari orang-orang Yahudi yang dipanggil Tuhan lebih dahulu dan mengklaim sebagai orang-orang benar yang lebih berhak atas keselamatan. Sedangkan para pekerja upahan yang mulai bekerja pada jam 09.00, 12.00, 15.00 dan terutama satu jam terakhir adalah gambaran dari orang-orang bukan Yahudi yang dipanggil Tuhan berikutnya dan tidak memiliki apapun untuk dibanggakan.
          Kemurahan hati Allah yang terungkap dalam penyamarataan upah itu berupa pemberian keselamatan bagi siapapun dan kapanpun orang itu masuk Kerajaan-Nya. Allah tidak memperhitungkan lamanya masa bakti atau besarnya prestasi, tetapi orang yang baru saja bertobat pun menerima anugerah keselamatan sama dengan orang yang sudah lama menjadi pengikut setia Yesus.
          Persoalannya adalah bahwa tidak semua pengikut Yesus memiliki hati yang lapang seperti Allah. Mereka yang sudah lama berbakti dan banyak berprestasi di ladang Tuhan merasa lebih berhak dari para pendatang baru. Mereka menghitung-hitung jasa dan masa baktinya, sehingga kurang bisa turut bergembira, bahkan malah iri hati, atas anugerah yang diberikan Tuhan kepada orang yang baru bertobat. Sikap seperti itu dapat membalikkan keberuntungan yang telah dijanjikan kepada mereka. Sebab kepada orang yang sudah banyak mengorbankan diri demi Kristus dan sesama telah dijanjikan akan mendapatkan upah besar di surga. Tetapi dengan memandang dirinya lebih berjasa dan iri hati, janji itu batal. Alhasil, dalam pengadilan terakhir nanti “orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”
          Tidak jarang kita mengklaim diri sebagai orang yang berjasa dalam Gereja dan merasa berhak untuk mendapatkan perlakuan dan ganjaran yang lebih dari pada yang lain. Akibatnya, ketika orang lain lebih mujur dan beruntung, maka kita iri hati dan merasa diperlakukan tidak adil oleh Allah, lalu mutung atau ngambek dan tidak mau melayani lagi. Oleh karena itu, pelayanan kita terhadap sesama harus dijalankan secara ikhlas hati dan jangan hitung-hitung jasa demi balas budi.

Mengucap Doa
 
Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Allah Bapa kami yang maha murah. Engkau telah menunjukkan kemurahan-Mu dengan memberi kesempatan kepada siapapun untuk mendapatkan keselamatan dalam Putera-Mu Yesus Kristus. Syukur atas semuanya itu ya Tuhan. Bantu kami untuk memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan kerja dengan kasih dan keadilan. Mampukan kami untuk mensyukuri berkat-Mu yang telah kami terima tanpa harus merasa iri terhadap sesama yang lebih beruntung. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.