Rabu, 07 September 2011, Luk 6:20-26
Realita: Orang miskin kok bahagia? Omong lain saja lah.
Refleksi Biblis: Orang miskin yang dimaksud bukan saja yang tak berdaya karena tak
tercukupi kebutuhan hidupnya, tetapi juga yang berpegang teguh pada Allah.
Orang yang mempercayakan diri kepada Allah seperti itu berkenan kepada-Nya dan
tidak dilupakan-Nya, sehingga boleh merasa diri sudah berada dalam lingkungan
Kerajaan Allah. Jadi, kebahagiaan orang itu tidak berasal dari kemiskinannya,
tetapi dari Kerajaan Allah yang menjadi miliknya atau Allah yang berkuasa atas
dirinya. Sedangkan orang kaya yang merasa tak kekurangan apapun dan
mengandalkan hartanya sendiri, hidupnya tidak akan berarti (celaka), karena
sudah puas dengan kelimpahannya itu. Apalagi kalau orang kaya itu menyombongkan
diri dengan kekayaannya, acuh tak acuh terhadap Allah dan sesama, bahkan
menindas orang-orang yang tidak punya. Orang itu celaka bukan karena tidak akan
masuk Kerajaan Allah, tetapi karena dalam kekayaannya ia telah memperoleh
penghiburan. Dengan kata lain orang kaya pun akan masuk Kerajaan Allah kalau
tidak menjadikan kekayaannya sebagai sumber penghiburan dan jaminan hidupnya,
tetapi memandangnya sebagai pemberian Allah yang dapat dipakai untuk berbuat
amal. Berbahagialah yang menangis… Orang itu menangis karena penindasan dan
perlakuan buruk. Namun mujurlah orang itu karena nantinya akan tertawa (bdk.
Mzm 126:5). Hidup ini bukan gelap melulu atau terang selalu. Maka, kalau
sekarang sedang tidak ada rezeki dan mengalami derita, orang tidak perlu sedih
dan putus asa, sebab ada saatnya tertawa, yakni saat Kerajaan Allah secara utuh
mengubah hidupnya. Orang yang sekarang tertawa atau menertawakan kesusahan
orang lain pun tidak selamanya akan tertawa, sebab akan tiba saatnya akhir yang
menyedihkan dan penuh dukacita. Berbahagialah orang lapar… Orang yang sekarang
kenyang dan puas diri dengan kelimpahan hartanya akan celaka, karena akan tiba
saatnya semua kekayaan itu diambil dari padanya. Berbahagialah jika karena Anak
Manusia orang membenci kamu… Kalau karena Yesus orang dianiaya, dibenci,
dikucilkan dan dicela, maka berbahagialah, sebab aniaya itu akan mendatangkan
keselamatan. Derita yang dialami seseorang karena Yesus akan berperan dalam
sejarah penyelamatan. Para nabi adalah
orang-orang yang telah mengalami penganiayaan karena nama Allah dan akhirnya
dibenarkan oleh Allah. Karena itu biarpun dibenci dan dicela, para murid Yesus
mempunyai sekutu yang memberi pengharapan akan upah besar dari Allah. Upah
itulah yang tidak akan diterima oleh orang-orang yang bersekutu dengan
nabi-nabi palsu. Sebab di tengah-tengah masyarakat ada orang yang dipuji-puji
dan disebut-sebut sebagai nabi, pada hal ia adalah nabi palsu. Celakalah orang
itu yang hanya menjaga nama baiknya dan mementingkan dirinya sendiri, sehingga
tidak punya waktu untuk memikirkan kebenaran Kerajaan Allah.
Rekonsiliasi: Tidak jarang kita puas
dengan kebahagiaan sesaat berkat kelimpahan harta materi, pada hal semua itu
ada waktunya akan musnah dan tak menjamin hidup kekal. Mengapa? Apa mau kita
sekarang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar