Kamis, 15 September 2011, Luk 7:31-35
Realita: Orang-orang Yahudi yakin
bahwa merekalah bangsa terpilih dan keselamatan menjadi hak istimewa mereka.
Bangsa lain adalah orang-orang kafir yang hanya akan menjadi sasaran murka
Allah.
Teks Kitab Suci: 31
Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan
dengan apakah mereka itu sama? 32 Mereka itu seumpama anak-anak yang
duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi
kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. 33
Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur,
dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34 Kemudian Anak Manusia
datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan
peminum, sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa. 35 Tetapi
hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Refleksi Biblis: Yesus berkata: “Mereka
seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup
seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi
kamu tidak menangis”. Perumpamaan itu dialamatkan kepada orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat yang sombong, menganggap diri saleh dan memandang hina para
pemungut cukai dan pendosa. Mereka berhati bebal dan tidak mau ikut permainan
Yesus dan Yohanes. Yesus meniup seruling sukacita penyelamatan mesianis, tetapi
mereka tidak menanggapi bahkan menolak-Nya. Sebab menurut mereka, Mesias tidak
mungkin bersahabat dengan para pendosa dan makan-minum seperti pelahap dan
pemabuk sebagaimana dilakukan Yesus. Yohanes menyanyikan kidung dukacita atas
dosa-dosa untuk puasa dan pertobatan, tetapi mereka tidak menanggapi bahkan
mengusirnya. Sebab menurut mereka, Yohanes bertindak aneh, tidak makan dan
tidak minum seperti orang kerasukan setan. Tetapi pada akhirnya hikmat ilahi
akan menang dan meneguhkan perbuatan-perbuatan Yohanes dan Yesus.
Rekonsiliasi: Tidak jarang kita mengangap
diri saleh dan tak perlu pertobatan, padahal di hadapan Allah semua orang
pendosa yang perlu bertobat. Mengapa? Apa mau kita sekarang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar