Rabu, 14 September 2011

Hati Bebal

Kamis, 15 September 2011, Luk 7:31-35


Realita: Orang-orang Yahudi yakin bahwa merekalah bangsa terpilih dan keselamatan menjadi hak istimewa mereka. Bangsa lain adalah orang-orang kafir yang hanya akan menjadi sasaran murka Allah.

Teks Kitab Suci: 31 Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? 32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. 33 Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang-orang berdosa. 35 Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

Refleksi Biblis: Yesus berkata: “Mereka seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis”. Perumpamaan itu dialamatkan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang sombong, menganggap diri saleh dan memandang hina para pemungut cukai dan pendosa. Mereka berhati bebal dan tidak mau ikut permainan Yesus dan Yohanes. Yesus meniup seruling sukacita penyelamatan mesianis, tetapi mereka tidak menanggapi bahkan menolak-Nya. Sebab menurut mereka, Mesias tidak mungkin bersahabat dengan para pendosa dan makan-minum seperti pelahap dan pemabuk sebagaimana dilakukan Yesus. Yohanes menyanyikan kidung dukacita atas dosa-dosa untuk puasa dan pertobatan, tetapi mereka tidak menanggapi bahkan mengusirnya. Sebab menurut mereka, Yohanes bertindak aneh, tidak makan dan tidak minum seperti orang kerasukan setan. Tetapi pada akhirnya hikmat ilahi akan menang dan meneguhkan perbuatan-perbuatan Yohanes dan Yesus.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita mengangap diri saleh dan tak perlu pertobatan, padahal di hadapan Allah semua orang pendosa yang perlu bertobat. Mengapa? Apa mau kita sekarang?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar